Rabu, 23 November 2011

How Should I Define this? //Strangeness, Surrealism

1 Minggu yang penuh gejala, menumbuhkan akibat yang mungkin diterjemahkan secara surreal bagi pikiran ini. Mungkin,, seingatku, bukan pertama kali aku merasakan bahkan mengerti ke-surreal-an semacam ini -- strangeness, i think. Tetapi, lagi-lagi seingat memoriku yang telah kusut teracak-acak oleh anarkisme sebuah perasaan dan racun nikotin, aku berpikir bahwa ini sesuatu yang benar-benar berbeda bagiku.Sebuah sosok yang sekonyong-konyong masuk ataupun yang mungkin aku masukkan secara paksa, yang membuat hari-hari terakhir 1 Minggu yang penuh gejala bertransformasi menjadi sebuah makna, tetapi samar, kadang terlihat jelas, kadang lenyap entah kemana. Oh, the Surrealism of Life.Congratulation! You Have Defeated My Tortured Idealism..

Sosok, yang secara magis menciptakan ke-surreal-an ini, yang secara realitas pernah aku temui sebelum perjumpaan yang sesungguhnya, dimana aku dan sosok itu saling bertukar argumen, bualan bahkan tawa. Pada momen pertama dalam perjumpaan yang sesungguhnya, menit pertama, jam pertama bahkan beberapa waktu setelahnya, aku hanya memandang secara biasa- plainly without any damned intention. Tetapi setelah 24 jam hampir terbuang, aku menangkap sebuah, bahkan ratusan efek nyaman dan senang di dalam neurocell-ku ini. Berjibaku memandang dan memahami lewat tulisan hingga menghempaskan agenda-agenda normalku hari itu. Setelah berlanjut dengan kalimat tanya canggung dariku yang mendapat respon segar dari sang pencipta surrealisme itu, aku mendapati argumen dan bualanku beradu dengan sosok itu, lagi. Singkat memang. Tetapi cukup untuk menyembuhkan rasa penasaranku terhadap sosok itu. Rindu?? secepat itu?? Bodoh! Mungkin itu sekedar perspektifku untuk menyambut kata, bualan dan argumen yang membuat otakku merasa nyaman.

Aku masih mencoba memahami siapa yang menang dan kalah dalam pertempuran kecil antar otakku dan perasaanku dalam menterjemahakan this surrealism; bahkan sampai sekarang di saat aku menulis kisah ini secara amatir. Aku butuh meyakinkan pemikiran dan perasaanku bahwa mereka itu satu visi. Tetapi masih sulit saja, masih terlalu dini, bung! Sayangnya, untuk saat ini, aku memaksakan perasaanku untuk meredam perlawanan pikiranku, walaupun belum seutuhnya. Perasaan yang mungkin akan menjatuhkanku, membantingku ke dalam palung depresi untuk kesekian kalinya, yang berhasil membuatku bergumam, bahkan berintensi untuk menulis secara jelas apa yang aku pikir dan rasa tentang sosok itu. Argh!! Apa sebenarnya ini??! Mataku sudah nanar, keseimbangan pikiranku mulai roboh. Roboh karena kehilangan kebutuhanku sebagai manusia normal pada hari ini untuk mengisi perut dan menyegarkan badan yang bau keringat ini, hanya untuk meciptakan grafis - sebuah tribut untuk sosok itu dan hanya untuk menorehkan kisah ini di dalam media yang sosok itu inspirasikan pada diriku. Bahkan hanya untuk menunggu sebuah atau beberapa kata yang dapat menjadi morfin dosis rendah untuk otakku dari sosok itu.

Walaupun aku belum bisa menjadi penengah untuk otak dan perasaanku, tetapi aku telah menemukan jejak jelas untuk sosok yang menyebabkan ke-surreal-an ini:

"I am in Love with Your Uniqueness." 

Tetapi aku masih menjadi pengecut untuk menyatakannya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar