Kamis, 24 November 2011

Menikmati Titik Kulminasi Rintihan Tubuh Ini

Di saat malam mulai merangkak menggumuli pagi, badan yang terpapar sinisme angin malam dan pagi berulang-ulang selama seminggu ini sudah terlempar ke titik kulminasi yang membuat badan ini berteriak, mencaci pemilik tubuh ini. Alergi dan gatal yang dalam beberapa jam terakhir ini aku rasakan semakin menjadi. Ya menjadi cukup tangguh untuk memaksaku menelan racun yang di dunia medical disebut obat.

Terlanjur terjadi, terlanjur menjadi! Itu semua karena ego dalam diriku yang sungkan menangkap rintihan tubuh ini yang sudah merintih untuk istirahat layaknya manusia-manusia normal di sekitarku. Ah! tetapi aku tidak bisa... rasa kantuk belum memberiku sinyal untuk mengajakku menjelajah mimpi malam ini. Tertidur pagi, melewati segarnya embun pagi dan hangatnya matahari dengan tak acuh! Itulah aku saat ini. Cara hidup binatang nocturnal yang sedang aku jejaki sekarang. Kadang aku merasa jijik dengan kebiasaanku sekarang. Dan seringkali batinku berbisik,
"Hei! Kau bukan kalong! Kau ini manusia yang tidur di malam hari, yang harusnya bangun saat adzan subuh berkumandang, bukannya setan yang baru terlelap saat muadzin mengajakmu untuk bersujud kepada Yang Kuasa!!"

Ugh! terlalu sering dan lelah khodamku membisikkan untuk bertingkah seperti manusia normal. Ya, senormal-normalnya manusia yang diciptakan oleh Tuhan. Tapi aku lalai dan terlalu arogan! tidak hanya melupakan tubuh yang sifatnya fana, lemah dan membutuhkan perhatian; tetapi aku juga lupa dengan yang memberiku nyawa dan bahagia. Mungkin, apa yang aku rasa sekarang, titik kulminasi rintihan tubuh ini; radang yang membakar dan menghajar tenggorakanku hingga parau; bengkak di gusi yang membuatku menelan makanan seperti bayi 12 bulan dan gatal yang membuat tubuhku terbekas bentol seperti digigit nyamuk padang savana, merupakan pertanda, reminder bahwa aku harus menghentikan memperlakukan tubuhku seperti budak zaman kolonial DAN peringatan bahwa aku terlalu arogan untuk sekedar mengingat Tuhanku dengan sujud.

Permohonan maaf kepada Yang Memberiku Segala dan berusaha untuk merombak cara-hidup-binatang-noctunal-ku setelah menyudahi coretanku ini, bisa jadi sebagai pembungkam rintihan tubuh dan batinku untuk sekedar berbisik lega.

Ya sudah... mulailah mengajak dan memanggil rasa kantuk walaupun dia belum datang dan siapkan diriku untuk bangun sebelum matahari menyembul untuk menyambut sujud dan maafku kepada sang Khalik.

Good Night, Goodbye Mid-night, for My Good.....
 #danberharapbesoktakadalebamdikepala (:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar